Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 28/07/2012, 11:44 WIB

TANYA : 

Dok, apakah saya ini mengalami suatu kelainan jiwa? Dari awal saya bertemu dengan suami, saya hanya punya niat memanfaatkan dia saja karena kondisi saya. Tetapi setelah 5 tahun menikah, saya mulai mencintainya. Namun setelah sekitar 10 tahun pernikahan, suami saya berselingkuh dan sampai saat ini saya tidak dapat melupakan kelakuannya. Malahan, akhir-akhir ini saya sering melakukan hal-hal yang dulunya saya tidak pernah lakukan, hanya untuk memuaskan perasaan saya. Apakah saya mengalami suatu kelainan dan bagaimana sebaiknya menghadapi masalah ini?

(Diana, 33, Lampung)

JAWAB :

Ibu Diana yang baik,

Pernikahan memang seharusnya memiliki dasar yang baik. Bukan hanya keduanya saling mencintai, tetapi juga saling menghormati satu sama lain sehingga tidak ada pihak yang merasa dikorbankan atau merasa berkorban untuk pasangannya. Kehidupan rumah tangga memang bukan sesuatu yang mudah. Itulah mengapa sering ada ungkapan "bahtera pernikahan" artinya memang apa yang dihadapi seperti saat berlayar saja, ada pasang dan ombak dalam kehidupan pernikahan itu.

Masalah perselingkuhan adalah masalah yang sering dialami oleh banyak pasangan. Banyak hal yang sering diungkapkan sebagai latar belakangnya, ada yang bilang mungkin karena kejenuhan, tersakiti hatinya, mencari pelampiasan di luar, hubungan yang tidak lagi harmonis dan banyak hal-hal lain yang sering dijadikan alasan pasangan berselingkuh. Intinya, semua itu adalah pembenaran untuk suatu tindakan yang sebenarnya tidak patut dilakukan.

Apa yang dirasakan ibu pasti dirasakan semua wanita yang mengalami, perasaan sakit hati dan kecewa pasti ada. Namun itu bukan berarti menjadi suatu hal yang bisa membuat ibu membalaskan dendam, karena tidak ada yang bisa memperbaiki suatu kesalahan daripada selain kebaikan. Saya tidak bisa menangkap maksud ibu dengan mengatakan melakukan hal-hal yang tidak pernah dilakukan di masa lalu kemudian sekarang dilakukan.

Semoga bukanlah hal-hal yang negatif, kalau iya lebih baik ditinggalkan. Semoga ibu bisa mendapatkan bantuan dari profesional kesehatan jiwa psikiater atau psikolog klinis atas masalah ibu.

Salam Sehat Jiwa

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau